Indien Dian A.

Read

Runtuhkah Duniaku

Read

Salah satu acara yang cukup digemari oleh manusia adalah acara ulang tahun, hingga tak jarang sebagian manusia mencari ide untuk merayakannya. Termasuk Saya. Saya pun mencari ide untuk merayakannya. Mulai dari ide perayaan ulang tahun secara minimalis berdana tipis sampai mencari ide untuk lolos dari tagihan perayaan ulang tahun oleh Istri saya.

Saya pun mulai searching atau snorkeling atau apalah bahasanya. Yang jelas, Saya mulai mencari ide di google dan youtube. Pelan-pelan jariku menggeser roda gulir pada mouse berharap ada ide yang benar-benar sesuai. Dan pencarian pertamaku menemukan ‘Badut’. Ya bagus juga jika ulang tahun mengundang badut untuk menghibur sekaligus berbagi rejeki kepada sang badut. Tapi Saya rasa sangat tidak cocok jika usia tua bangka dan bau tanah seperti saya merayakan ulang tahun dengan mengundang badut. Ide badut bagus, tapi kurang sesuai dengan keinginan saya.

Dok. Balai Sentra Kerajinan Mupa

Saya geser lagi roda gulir dan kemudian menemukan ‘Nasi Tumpeng’. Wow keren ini sama artinya melestarikan warisan budaya dengan merayakan ulang tahun membuat nasi tumpeng. Dan cocok dengan selera saya. Nasi tumpeng besar dihiasi dengan urap, ayam goreng, tahu tempe, telur, ikan, perkedel kentang, sambal. Pokoknya nikmat sekali dan Istri pasti suka. Namun sayangnya untuk membuat nasi tumpeng besar dengan hiasan yang lengkap tentunya tidak berdana minimalis apalagi disaat seperti ini harga-harga merangkak naik karena stok barang mulai menipis. Saya pun memilih untuk menggeser mouse.

Geser lagi ku temukan ‘kue ulang tahun’. Saya merasa itu hal yang biasa dilakukan oleh kebanyakan makhluk bumi sedangkan Saya mencari sesuatu yang berbeda. Akhirnya kutemukan ‘pohon’. Ya, unik sekali artikel tentang pohon ini dan saya makin tertarik untuk benar-benar membacanya sampai habis karena saya suka dengan sesuatu yang berbau pohon. Penasaran dengan pemilik blog tersebut akhirnya ku putuskan untuk mengintip menu tentang (About). Dan kaget, ternyata pemilik blog tersebut rupanya teman saya.

Oke balik lagi ke tema ‘pohon’. Ada yang unik dengan tema pohon. Merayakan ulang tahun dengan menanam pohon. Ini sangat unik karena jarang sekali dilakukan oleh kebanyakan manusia. Biasanya merayakan ulang tahun dengan makan kue ulang tahun. Dan mengutip kata teman saya, makan kue ulang tahun pun keluarnya ‘itu’ juga. Saya rasa semua paham kata-kata ini. Pohon dalam ide ulang tahun ini adalah menanam pohon pada acara perayaan ulang tahun anaknya. Sederhana sekali ide yang saya dapat dari blog teman. Perayaan sederhana namun memberi manfaat dunia dan akherat karena pohon yang ditanam adalah pohon buah. Pohon yang ditanam pada tempat-tempat tertentu selain menjadi penghijauan juga bermanfaat untuk semua orang. Dan uniknya pohon-pohon itu ditandai dengan titik koordinat sehingga apabila lupa tempat menanam namun ingin mengunjungi lagi bisa ditemukan melalui titik koordinat tersebut. Dan fix, acara ulang tahun kali ini saya menanam pohon seperti ide teman.

Melihat Kijang di Hutan

Read

Matahari nampak begitu terik, Edo melepas baju seragam sekolah dasarnya dan berganti kaos lengan pendek berwarna hitam kesukaannya. Edo pergi ke dapur untuk mencicipi hidangan Ibunya. Ikan toman asam pedas masakan Ibu kali ini. Ikan merupakan makanan favorit Edo, makanan yang tak pernah luput dari santapannya. Terlebih lagi karena Edo hidup di danau, daerah air yang kaya akan ikan. Edo mengambil nasi dan semangkuk besar ikan toman asam pedas itu kemudian menyantapnya. Ibunya yang berlalu disampingnya pun berkata “Banyak benar makan kau edo?” Edo menjawab “Iya Bu, lapar benar”. “Ya sudah lanjutkan makanmu nanti jangan lupa pergi ke kolam, ikan brajil ayahmu dikasih umpan” perintah Ibu kepada Edo. “Iya Bu, umpannya ada Bu?” tanya Edo. “Minta sama Pamanmu, Ibu sudah nitip beli umpan sama Pamanmu. Ayahmu tidak bisa ke kolam karena sedang sakit” Edo pun menjawab “iya Bu” sambil mengakhiri makannya.

Edo kemudian pergi ke rumah Pamannya yang berjarak sekitar 100 meter dari rumah Edo. “Paman, ada umpan tidak?” tanya Edo kepada pamannya. “Ada, di dalam kulkas. Kamu ambil saja, itu ikan pesanan Ibumu” jawab paman. Edo mengambil sebuah kantong plastik berwarna biru. di dalamnya ada ikan-ikan kecil yang beratnya mencapai 2 kg. Memang ikan brajil di kolam Edo cukup banyak. Jumlahnya mencapai 145 ekor, hingga terkadang membuat kewalahan ayahnya dalam memberi umpan. Apalagi ayahnya perokok berat yang sering sakit-sakitan.

Edo berjalan menuju sebuah sampan kayu yang mulai lapuk tepat berada di belakang rumahnya. Edo mengecek bensin dalam mesin tempel 3,3 pk yang ternyata sudah terisi penuh. Ibunya yang telah mengisi bensin untuk persiapan Edo pergi ke Empaik. Edo mulai menstarter mesin tempel itu. Satu kali, dua kali sampai berkali-kali mesin itu distarter tapi belum hidup. Maklum tempel 3,3 pk milik ayahnya jarang dirawat hingga membuat Edo sampai bercucuran keringat menghidupkan mesin tersebut. “Kenapa do?” tanya Ibunya kepada Edo. “Ndak mau hidup mesinnya Bu”

“Coba periksa keran bensinnya, biasa ditutup ayahmu soalnya sering bocor” Edopun menjawab “Sudah kog Bu” sambil menstarter mesin itu dan akhirnya hidup. “Edo ke Empaik dulu Bu” pamit Edo kepada Ibunya.

Dok. Nelayan di Sungai Mupa

Cuaca memang cukup bagus hingga gelombang didanau pun tidak telalu kuat. Perjalanan Edo menuju Empaik pun mulus dengan sedikit ayunan gelombang dari danau Sentarum. Edo menyandarkan sampannya dibawah pohon tembesuk yang rindang. Diikatnya baik-baik sampan itu disana. “Hei do, mau ngumpan ikan kah?” tanya Rendi kepada Edo. “Iya Ren, Kamu habis ngumpan ikan kah?” Rendi kemudian menjawab “iya” sambil berpamitan meninggalkan Edo. Edo lalu melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Lumayan jauh Edo berjalan karena keadaan air danau sedang surut hingga sampan Edo tak bisa berlabuh dekat sampai kekolam. Edo menyusuri jalan yang di kanan dan kiri masih banyak pohon-pohon yang rimbun. Jalan setapak yang biasa dilalui iu terasa sepi karena siang terik orang-orang belum datang untuk mengumpan ikan.

Edo menatap ke arah semak-semak yang bergerak. Rasa penasaran Edo membawanya mendekati semak-semak itu. Edo kaget bukan main ketika matanya menatap seekor hewan berwarna kecokelatan. Edo langsung panik dan lari sambil berteriak “Rusaaaaa”. Kepanikan Edo menyita perhatian Ubet dan Adul yang kebetulan sedang bermain ketapel di dekat kolam Edo. “Ada apa do?” tanya Ubet. Edo menjawab “Rusa” sambil mengatur nafasnya yang ngos-ngosan karena berlari. “Dimana Kau melihat rusa?” tanya Adul. “Disana” jawab Edo sambil mengacungkan telunjuknya ke arah senak-semak tadi. “Ayo kita kesana” Adul mengajak Ubet dan Edo. Dengan napas yang masih ngos-ngosan Edo menjawab “Sebentar, Aku ngumpan ikan dulu”

Selesai mengumpan ikan brajil milik ayahnya, Edo kemudian mengikuti ajakan Adul. Mereka bertiga memberanikan diri menuju tempat itu. “Bet, ayo kita cari jejak rusa itu” berkata Adul yang langsung dijawab Ubet “Ayo dul”. Ubet dan Adul kemudian mencoba mencari jejak rusa tersebut. Ubet menemukan jejak ke arah kiri sedangkan Adul menemukan jejak ke arah kanan. Mereka bertiga lalu sepakat berpisah dalam mencari jejak rusa itu. Edo memutuskan diri untuk mengikuti jejak ke arah kanan bersama dengan Adul karena setahu Edo, ke arah kiri yang akan dilalui Ubet itu mengarah ke Pemukiman. Ubet berjalan semakin jauh dari Edo dan Adul. Mereka tidak saling melihat hanya teriakan suaranya saja yang terdengar.

Edo dan Adul tak menemukan hewan apapun dalam mengikuti jejak itu. Mereka hanya bertemu seorang kakek tua yang duduk berteduh di bawah pohon. “Kek, sedang apa disini?” tanya Adul kepada kakek itu. “Mencari kambing nak, kambing kakek lepas dan lari ke arah sini”. “Kambingnya seperti apa kek?” tanya Edo. Kakek itupun menjawab “Kambing kakek warnanya agak kecoklatan nak”. Mendengar jawaban kakek itu, Edo dan Adul pun akhirnya saling memandang. “Do, jangan-jangan yang kau sebut rusa itu ternyata adalah kambing kakek ini?” berkata Adul kepada Edo. Edo pun terdiam mencoba mengingat kembali hewan yang sekilas ia lihat itu.

Tiba-tiba terdengar teriakan Ubet “Kijang...kijang... Edo... Adul... Aku melihat kijang”. Mendengar teriakan Ubet itu, Adul dan Edo langsung berlari meninggalkan kakek itu dan menuju ke arah Ubet. Edo berlari sampai terpeleset dan jatuh sedangkan Adul berlari sampai lupa membawa ketapelnya. Begitu kencangnya mereka berlari hingga tak mempedulikan tajamnya rumput semak belukar. Setelah mereka berdua sampai, dengan napas yang ngos-ngosan dan dengan kaki yang sedikit lecet, mereka bertanya kepada Ubet “Mana bet kijangnya?” Ubet lalu mengajungkan jari telunjuknya mengarah ke sebuah mobil Toyota Kijang yang berada di pemukiman warga tak jauh dari tempat mereka berada. Edo dan Adul merasa kesal bukan main sedangkan Ubet hanya tertawa karena merasa puas telah memperdaya Edo dan Adul.

***

Boneka Panda Alia

Read

Tok tok tok.. Bunyi ketukan pintu kamar Alia..

“Alia bangun, sudah siang” panggil Ibu dari depan pintu kamar Alia.

“Masih ngantuk bu, lagipula hari ini kan libur” jawab Alia sambil berbaring ditempat tidur memeluk boneka panda kesayangannya.

“Eh, kamu ini anak perempuan masa malas begitu. Ayo lekas bangun nak. Bantu Ibu beres-beres rumah” Ibunya sedikit memaksa kepada Alia agar segera bangun dari tidurnya.

Alia pun beranjak dari tempat tidurnya dan membuka pintu lalu keluar dari kamar menemui Ibunya.

“Mumpung libur sekolah, bantu ibu ya nak. Ibu beres-beres di dapur, kamu bersihkan ruang tamu dan jangan lupa kamar tidurmu juga dirapihkan” Aliapun menjawab “iya Bu”

Alia adalah anak yang penurut, anak yang selalu patuh pada kedua orang tuanya. Apa yang diperintahkan oleh orang tuanya pasti dikerjakannya dengan sungguh-sungguh. Satu persatu pekerjaan dikerjakan Alia selesai. alia pun menemui ibunya dan membantu ibunya di dapur.

“Bu, kenapa hari ini Ibu masak banyak sekali?” tanya Alia kepada Ibunya. “Kita akan ada tamu nak. keluarga pamanmu dari Pontianak akan datang” jawab Ibu kepada Alia.

Dok. Boneka Sapi Elia

“Oh, Om yang kerja di Bank itu ya Bu? tanya alia. “Iya” sambil memasak ibunya menjawab pertanyaan Alia “Udah sana, kamu mandi dulu!” perintah Ibu kepada Alia.

Alia pun menjawab “Iya Bu” sambil berlalu meninggalkan Ibunya di dapur. Alia pergi ke kamar untuk bersiap mandi, namun dia melihat boneka kesayangannya yang agak kumal alia lalu membersihkan boneka tersebut kemudian menjemurnya di depan rumah. setelah itu, Alia pun bergegas mandi.

Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Alia lalu menghampiri Ibunya di dapur. “Bu, masaknya udah selesai belum?” tanya Alia. “Kenapa kamu sudah lapar ya nak?” jawab Ibunya. “Ndak kog Bu, Alia cuma mau pamit ke rumah Nina sebentar. Kalo Ibu belum selesai ya Alia bantu tapi kalo sudah selesai Alia pergi dulu” berkata Alia kepada Ibunya. “Ya sudah sana kalo mau pergi ke rumah Nina, tapi sarapan dulu ya nak” Alia pun mengangguk “Iya Bu” dan Ibupun mengambilkan sarapan untuk Alia.

Tok tok tok. Asalamu’alaikum bunyi suara dari depan rumah.

“Wa’alaikumsalam. Sepertinya ada tamu Bu” tanya Alia. Ibunya pun menjawab “Iya, coba nak kamu tengok siapa dia”

Alia lalu beranjak ke ruang tamu dan membukakan pintu untuk tamu yang tak lain adalah Nina. “Eh, ternyata Nina. Aku pikir tadi Omku yang datang” berkata Alia kepada Nina. “Iya Al, Aku buru-buru datang ke rumahmu soalnya aku mendadak di ajak Ibuku ke stasiun untuk menjemput Ayahku. Jadi kita belajar kelompoknya besok saja ya?” berkata Nina kepada Alia. “Oh begitu, iya ndak apa-apa Nin” jawab Alia.

“Siapa Alia?” tanya Ibu dari dapur.

“Nina Bu” jawab Alia. “Ajak ke dalam Al, ajak sarapan sama – sama” lanjut Ibu.

“Ayo Nina, kita sarapan sama-sama” berkata Alia. Nina Pun menjawab “Ndak Al, makasih. Aku sudah sarapan. lagipula akupun sudah ditunggu Ibuku di rumah. Aku langsung pamit pulang saja ya Al” Alia menjawab “Oh, ya sudah hati-hati di jalan ya Nin. salam buat Ibumu ya” Nina pun menjawab “Ok Al, sampaikan juga pada Ibumu, aku pamit pulang” Nina lalu segera pulang karena sudah ditunggu Ibunya sementara itu, Alia pergi ke dapur untuk melanjutkan sarapan bersama Ibunya. “Mana Nina?” tanya Ibu kepada Alia.

“Pulang Bu, Dia mau ke stasiun bersama ibunya untuk menjemput Ayahnya yang baru pulang dari luar kota.” Jawab Alia kepada Ibunya. “Oh begitu, Ya sudah ayo kita sarapan Al.” Ibu dan Alia kemudian sarapan bersama.

Setelah selesai sarapan, Alia lalu keluar rumah untuk menengok boneka panda yang dia jemur tadi pagi. Aliapun kaget karena boneka yang dia jemur ternyata tidak ada di tempatnya.

“Bu, Ibu boneka pandaku mana?” tanya Alia kepada Ibunya. Ibu pun menjawab “Bukannya boneka panda ada di kamarmu?” “Ndak Bu, tadi aku jemur di depan rumah. Kenapa sekarang ndak ada Bu?” Alia mulai sedih karena boneka kesayangannya belum ditemukan.

“Coba kamu periksa sekeliling tempat kamu menjemur boneka itu. Barang kali boneka panda itu jatuh. Tengoklah dulu!” Ibunya memberi saran kepada Alia. Alia lalu mengikuti saran Ibunya. Dia memeriksa sekeliling tempat dia menjemur boneka panda kesayangannya itu. Kali ini dia benar-benar sedih karena bonekanya tidak ditemukan. Dengan wajah murung dia lalu masuk ke dalam rumah sambil menggerutu.

“Assalamu’alaikum” suara seseorang dari depan rumah.

“Wa’alaikumsalam” Jawab Ibu. “Alia, ada tamu. Bukakan pintu nak” pinta Ibu kepada Alia. Dengan wajah yang masih murung Alia membuka pintu dan ternyata tamu yang datang adalah Omnya yang telah ditunggu dari tadi pagi. “Alia, kenapa wajahmu nampak murung seperti itu? ndak senang kah Om datang?” tanya Om sambil meledek Alia. Ibupun menjawab “Itu Om, boneka Alia panda Alia hilang” “Boneka panda? tadi Om lihat anak kecil bawa boneka panda” berkata Om kepada Alia. mendengar perkataan Om, Alia pun langsung bertanya “Dimana Om melihat anak kecil bawa boneka panda?” Om pun menjawab, “Di dekat simpang jalan itu Al” tanpa pikir panjang, Alia langsung bergegas menuju tempat yang ditunjukkan oleh Om tersebut. setelah sampai pada simpang jalan itu memang benar Alia melihat anak kecil memegang boneka panda kesayangannya itu. Alia kemudian menghampiri anak kecil itu. Ibu dari anak kecil itu kemudian menghampiri Alia dan menjelaskan kepada Alia. “Kak, Alia. ma’af ya tadi saya ambil boneka panda yang tadi dijemur. Soalnya anak saya nangis ingin meminjam boneka itu. Dari tadi saya panggil kak Alia tapi ndak ada jawaban jadi saya ambil saja karena saya pun sedang terburu-buru. Ma’af ya kak Alia” “Oh,iya Bu. mungkin tadi saya sedang mandi jadi ndak terdengar” jawab Alia. “Boneka pandanya saya pinjam dulu ya kak Alia, nanti kalo anak saya udah selesai mainnya, saya kembalikan.” pinta Ibu si anak kecil itu kepada Alia. Alia pun menjawab “Iya Bu, boleh. kalo begitu saya pulang dulu ya. di rumah sedang ada tamu. Om saya datang dari Pontianak.” Alia lalu pulang ke rumah menemui Omnya yang sedang di rumah. Sementara anak kecil itu masih asyik bermain dengan boneka panda kesayangan Alia.

***